Kisah Ringeeng Ayangk, Sanggar Tari yang Jadi Pembuktian Perempuan Dayak Benuaq
“Pada saat itu juga alat musik yang kami butuhkan juga tidak lengkap serta alat-alat peraga tari seperti gantar, tongkat, seraung juga belum ada,” kenang Nurvia.
Jelang dua tahun, Ringeeng Ayangk tetap eksis. Bahkan sanggar tari ini menjadi langganan perusahan pertambangan batu bara di Kabupaten Kutai Barat untuk mengisi ragam kegiatan.
Dukungan perusahaan tambang batu bara lewat pembiayaan Comunity Development sangat membantu Nurvia dan sanggar tarinya untuk eksis dan berkembang. Tantangan yang diberikan kepada Nurvia kini berhasil dibuktikannya.
Pembuktian itu juga sejalan dengan komitmen PT Bharinto Ekatama untuk membantu orang-orang seperti Nurvia yang ingin mempertahankan budaya mereka.
“Contohnya di tahun 2023, saat terbentuknya kami di beri bantuan sebesar Rp30 juta untuk kelengkapan alat tari dan juga pakaian tari dan operasional,” katanya sumringah.
Apa yang dilakukan Nurvia memang luar biasa. Tak banyak yang bisa berbuat nyata seperti yang dilakukan wanita cantik ini.
Community Development Head PT Bharinto Ekatama, Kristinawati, mengakui hal itu. Perusahaannya menantang para finalis ajang pemilihan putra-putri berbakat di bidang budaya ini.