Pengiriman Bantuan hanya Solusi Tambal Sulam, Mahulu Tetap Terjebak Krisis Tiap Tahun
Mahakam Ulu – Di tengah krisis yang kembali melanda wilayah hulu Mahakam akibat kemarau dan surutnya Sungai Mahakam, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur mengirimkan bantuan logistik berupa sembako dan LPG ke Kecamatan Long Apari dan Long Pahangai, Kabupaten Mahakam Ulu.
Pengiriman bantuan tersebut dilakukan setelah harga bahan pokok di daerah itu melonjak tajam karena terputusnya akses distribusi. Pemprov Kaltim melalui Dinas Pangan dan Bulog menyalurkan sekitar 68 ton beras serta ribuan paket sembako lainnya secara bertahap ke dua kecamatan terdampak. Wakil Gubernur Kaltim, Seno Aji, melepas secara simbolis pengiriman bantuan dari Samarinda pada awal Agustus 2025.
Namun, langkah Pemprov ini menuai kritik dari kalangan akademisi. Herdiansyah Hamzah, Pengamat Politik dari Universitas Mulawarman, menilai bantuan itu tidak menyentuh akar persoalan yang terus berulang setiap tahun di wilayah perbatasan Kalimantan Timur tersebut.
“Jelas tidak solutif. Itu sifatnya respon jangka pendek, sekadar menghindari kritik biar dibilang peduli,” ujarnya saat diwawancarai pada Selasa (6/8/2025).
Menurut Herdiansyah, model penanganan seperti ini tidak akan pernah menyelesaikan masalah karena tidak didukung oleh perencanaan jangka panjang yang memadai.
“Model macam ini tidak menyentuh akar persoalan. Kalau benar-benar peduli, harusnya punya desain jangka panjang: bagaimana memastikan Mahulu sustain dengan kebutuhan pokok,” ujarnya.
Ia juga mempertanyakan konsep pembangunan infrastruktur yang hingga kini belum terealisasi secara konkret.
“Coba kita tanya, bagaimana konsep pembangunan infrastruktur di Mahulu, berapa biaya yang disiapkan, dan berapa lama dikerjakan? Mereka pasti gagap menjawab,” tambahnya.
Suara senada disampaikan Martina Wau, Anggota DPRD Mahakam Ulu asal Long Apari. Ia menyebut kondisi krisis ini sudah berlangsung sejak puluhan tahun lalu tanpa perubahan berarti.
“Permasalahan ini merupakan masalah klasik yang berulang-ulang setiap tahunnya di Kecamatan Long Apari, dari sejak zaman saya lahir tahun 1981 di Kampung Tiong Ohang sampai saat ini,” kata Martina.
Ia menegaskan bahwa masyarakat sudah lelah menghadapi krisis tahunan yang seolah dibiarkan terjadi tanpa ada solusi jangka panjang.
“Kami butuh solusi konkret dari pemerintah dan berjangka panjang, yaitu agar pemerintah memprioritaskan program pembangunan infrastruktur jalan bagi masyarakat di Kecamatan Long Apari,” tegasnya.
Martina bahkan menyoroti risiko keselamatan akibat ketergantungan pada transportasi sungai yang semakin tidak dapat diandalkan.
“Tolong, kami tidak meminta kenyamanan, kami hanya minta jaminan keselamatan perjalanan bagi masyarakat kami. Berikan kami jalan dan jembatan yang layak dan memadai untuk kami lewati,” ujarnya.
Krisis di Mahakam Ulu, khususnya di Kecamatan Long Apari dan Long Pahangai, dipicu oleh turunnya debit Sungai Mahakam akibat kemarau. Jalur sungai yang menjadi satu-satunya akses distribusi logistik tidak dapat dilalui kapal besar, membuat bahan pokok sulit masuk dan harga melonjak.
Harga beras melonjak hingga Rp1 juta per karung, LPG 12 Kg tembus Rp800 ribu, dan BBM dijual antara Rp25.000 – Rp35.000 per liter, dengan pembatasan kuota hanya 5–15 liter per keluarga. Listrik dihidupkan bergiliran dan jaringan telekomunikasi terganggu.
Meskipun bantuan Pemprov telah dikirimkan, kondisi ini menunjukkan ketergantungan Mahakam Ulu terhadap bantuan darurat tanpa didukung oleh akses infrastruktur permanen. Padahal, solusi seperti pembangunan jalan darat telah lama disuarakan warga.