Pulau Kelawasan, Suaka Semi-Liar di IKN untuk Orangutan yang Tak Bisa Kembali ke Hutan

Pulau Kelawasan
Sumber :

Penajam paser Utara – Setelah menempuh perjalanan panjang dari pusat rehabilitasi di Sintang dan Sukabumi, dua orangutan jantan, Mungky dan Dodo, akhirnya pulang ke tanah Borneo. Namun keduanya tak bisa lagi dilepasliarkan ke hutan.

Kisah Dua Orang Utan dan Perjalanan Panjang dari Peliharaan Ilegal hingga Pulang ke Borneo

Mungky terlalu lama hidup bersama manusia hingga perilakunya terbentuk seperti satwa peliharaan, sementara Dodo sejak lahir terbiasa dengan kandang. Keduanya kini menanti rumah baru di Pulau Kelawasan, sebuah kawasan yang dirancang sebagai suaka semi-liar di kawasan yang kini masuk wiilayah Ibu Kota Nusantara (IKN).

Pulau kecil yang berada di Teluk Balikpapan ini memiliki luas sekitar 14 hektare dan sejak April 2025 mulai dikembangkan pemerintah bersama Otorita IKN, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta Yayasan Arsari Djojohadikusumo (YAD). Seiring penetapannya menjadi bagian dari wilayah IKN, status Kelawasan juga ditingkatkan sebagai kawasan lindung, memberi kepastian hukum yang lebih kuat bagi upaya pelestarian lingkungan di dalamnya.

Puluhan Tahun di Kandang, Dua Orang Utan Bersiap Menempati Rumah Alaminya

Pulau Kelawasan diproyeksikan menjadi rumah permanen bagi orangutan jantan dewasa yang tidak bisa kembali ke alam liar. Dirancang menyerupai hutan Borneo, orangutan tetap menerima pakan dari manusia, tetapi memiliki ruang luas untuk mengekspresikan perilaku alaminya.

Fasilitas yang sedang dibangun antara lain shelter sebagai tempat berteduh dari panas dan hujan, feeding platform untuk pemberian pakan harian, kolam air minum, hingga area tambahan untuk pemeriksaan kesehatan. Lingkungan pulau juga ditata dengan pohon dan vegetasi alami, memberikan ruang gerak yang memungkinkan orangutan berpindah bebas sebagaimana di habitat aslinya.

DPD IKM Kota Samarinda Dikukuhkan, Warga Madura Mantapkan Peran di Kota Tepian

Selain potensi ekologisnya, Pulau Kelawasan dipilih karena kondisi lingkungannya dinilai cukup mendukung kehidupan orangutan jantan dewasa, khususnya yang berpipi lebar. Satwa pada fase itu kerap sulit beradaptasi di alam liar, lantaran kehilangan insting mencari makan secara mandiri. Pulau ini menawarkan kompromi berupa kehidupan yang mendekati alam, tetapi tetap dengan intervensi manusia dalam pemenuhan kebutuhan dasar.

“Ketika mereka tidak bisa dilepasliarkan, paling tidak mereka dapat hidup di habitat alaminya. Mereka bisa hidup hingga akhir hayat bukan di dalam kandang, tapi di hutan Borneo,” kata, Kepala BKSDA Kalimantan Timur, Ari Wibawanto, 5 September 2025.

Halaman Selanjutnya
img_title