Sungai Mahakam Surut Picu Krisis Logistik, Pertamina Pastikan Pasokan LPG Tetap Jalan hingga Long Apari

Pangkalan Elpiji di Mahakam Ulu
Sumber :

Mahakam Ulu – Di tengah ancaman kekeringan yang mulai melumpuhkan akses dan menaikkan harga kebutuhan pokok di pedalaman Mahakam Ulu, PT Pertamina Patra Niaga Region Kalimantan memastikan pasokan energi tetap menjangkau wilayah paling terpencil, termasuk Kecamatan Long Apari dan Long Pahangai.

86 Persen Wilayah Masih Hutan, Mahulu Gandeng YKAN Wujudkan Pembangunan Berkelanjutan

Kemarau panjang yang melanda sejak pertengahan Juli 2025 menyebabkan penurunan drastis debit Sungai Mahakam yang menjadi satu-satunya jalur utama distribusi ke dua kecamatan di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) ini. Akibatnya, distribusi logistik, sembako, dan energi menjadi terhambat parah.

Namun tantangan ini tak menyurutkan komitmen Pertamina untuk tetap hadir bagi masyarakat.

Penutupan Alur Sungai Mahakam Berisiko, DPRD Kaltim: Prioritaskan Penegakan Hukum

“Kami memahami pentingnya LPG bagi masyarakat, dan karena itu kami tetap berupaya menyalurkan energi meski kondisi alam tidak mendukung,” ujar Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Region Kalimantan, Edi Mangun, melalui siaran pers pada Selasa (30/7/2025).

Distribusi LPG 3 Kg ke wilayah Mahulu kini dijalankan secara estafet, dari kapal besar ke perahu kecil yang mampu melintasi alur sungai yang kian dangkal. Tak hanya itu, skema alternatif juga sedang disiapkan berupa pengangkutan kendaraan medan berat menuju Long Pahangai lewat jalur darat, lalu dilanjutkan ke Long Apari menggunakan perahu kecil.

Pilkada Ulang Mahakam Ulu Dihantui Potensi Penyalahgunaan Wewenang Lagi

“Kami mengapresiasi sinergi lintas sektor dalam menjaga ketahanan energi, terutama di wilayah-wilayah yang sulit dijangkau,” tambah Edi.

Langkah tersebut dilakukan sebagai antisipasi atas lonjakan harga LPG yang sempat terjadi di lapangan karena keterbatasan stok dan tingginya biaya distribusi.

Langkah distribusi energi ini hadir di saat situasi di hulu Mahakam kian mengkhawatirkan. Dalam Rapat Koordinasi Multisektor Penetapan Status Siaga Darurat Bencana Kekeringan yang digelar Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Mahakam Ulu pada 25 Juli lalu, terungkap fakta-fakta mencemaskan.

Kepala Pelaksana BPBD Mahakam Ulu, Agus Darmawan, mengungkap lonjakan harga kebutuhan pokok dan kelangkaan BBM akibat kekeringan serta akses yang terputus.

“Beras 25 kilogram kini dihargai Rp1 juta. Gas elpiji 12 kilogram mencapai Rp800 ribu. Stok makin tipis, dan BBM dibatasi hanya 5–15 liter per keluarga,” ujar Agus.

Tak hanya itu, ia menyebut lonjakan kasus ISPA dan bronchitis di kalangan anak-anak di wilayah terdampak, yaitu Kampung Long Apari, Noha Tivab, dan Noha Silat.

Camat Long Apari, Petrus Ngo, menyampaikan kondisi serupa. Menurutnya, surutnya Sungai Mahakam menyebabkan distribusi barang dan BBM dari kota terhambat total. Harga pangan naik drastis, stok makin menipis, dan listrik kampung bahkan kini dijalankan secara bergilir.

“Kapal-kapal tidak bisa masuk karena air surut. Jalan darat longsor dan putus. Kami hanya mengandalkan bantuan pemerintah,” ungkapnya.

Dalam rapat yang dipimpin Wakil Bupati Mahakam Ulu Yohanes Avun, sejumlah usulan darurat dikemukakan lintas sekto. Mulai dari pembangunan gudang logistik, subsidi ongkos angkut (SOA), hingga permintaan bantuan helikopter untuk pengiriman bahan pokok.

Pemerintah Kabupaten Mahakam Ulu menyatakan tengah menyiapkan draf SK Penetapan Status Siaga Darurat Bencana Kekeringan. Langkah ini diperlukan untuk memudahkan penganggaran, mempercepat respons logistik, dan memobilisasi bantuan lintas instansi.

“Kondisi ini genting. Kita harus segera menetapkan status siaga darurat kekeringan dan semua OPD harus bertindak cepat,” tegas Wakil Bupati Yohanes Avun dalam rapat.

Distribusi bantuan beras Bulog juga dijadwalkan segera dilakukan, dengan pembagian 1,4 ton untuk Long Apari dan 3,9 ton untuk Long Pahangai.

Kondisi yang terjadi di Mahakam Ulu kini bukan lagi sekadar bencana musiman. Ketika air sungai surut, harga sembako melonjak, dan jalur logistik terputus, maka warga di hulu Mahakam menghadapi krisis yang nyata.

Jika tak ditangani cepat dan terstruktur, bencana kekeringan ini berpotensi berkembang menjadi krisis kemanusiaan, yang menempatkan ribuan warga, terutama kelompok rentan, dalam kondisi rawan pangan, energi, dan kesehatan.