APBI Dorong Pengelolaan Tambang Berkelanjutan, Kalimantan Pemasok Utama Energi Nasional
"Bayangkan saja jika hidup tanpa listrik karena tidak ada batu bara. Misalnya di acara ini tiba-tiba listrik padam, pasti acara terganggu. Kita buka komputer atau laptop juga butuh listrik, handphone pun butuh listrik. Jadi ketika kita terima telepon juga ingat batu bara yang menjadi sumber energi listrik," katanya.
Siti juga memaparkan bahwa penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari sektor mineral dan batu bara pada 2024 mencapai Rp140,46 triliun, atau 123,75 persen dari target. Angka ini setara dengan 52 persen dari total PNBP Kementerian ESDM.
"Jadi, minerba untuk menggerakkan ekonomi Indonesia itu bukan omong kosong, tapi realita. Untuk mewujudkan Indonesia emas pun, batu bara memiliki peran penting karena turut menggerakkan ekonomi nasional. Tapi ingat, sumber daya ini harus dikelola secara bertanggungjawab. Pengelolaan secara ramah harus dikedepankan," kata Siti.
Sementara itu, Ketua Umum APBI, Priyadi, mengungkapkan bahwa harga batu bara saat ini sedang mengalami tekanan. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global dan faktor geopolitik.
"Di triwulan satu harga masih aman, namun di triwulan dua harga anjlok akibat kondisi global. Kami tidak bisa memprediksi fluktuasi batu bara," kata Priyadi.
Mengacu pada data Refinitiv, harga batu bara global pada perdagangan Senin (7/7/2025) ditutup di level 109,75 dolar AS per ton. Harga tersebut turun 1 persen dan memperpanjang tren negatif selama tiga hari berturut-turut, dengan total penurunan 3,72 persen.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) pun menyambut baik komitmen APBI dalam mendorong tata kelola tambang yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. Transformasi ekonomi pascatambang dinilai sebagai langkah mutlak untuk masa depan yang lebih hijau.