Puluhan Tahun di Kandang, Dua Orang Utan Bersiap Menempati Rumah Alaminya

Orang Utan Dodo
Sumber :

Penajam Paser Utara – Setelah puluhan tahun hidup di kandang dan melewati proses translokasi panjang, dua orangutan jantan, Mungky dan Dodo, akhirnya bersiap menempati Pulau Kelawasan, sebuah kawasan suaka semi-liar di Ibu Kota Nusantara.

Perjalanan pulang Mungky dan Dodo bukan sekadar pemindahan satwa. Dua orangutan jantan ini menempuh ribuan kilometer, melintasi darat, udara, hingga malam hari, sebelum akhirnya tiba di Pusat Suaka Orangutan (PSO) Arsari di Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.

Dalam kandang besi berlapis pengaman, tubuh besar mereka diangkut lewat bandara internasional, masuk ke ruang kargo, dan diawasi ketat sepanjang perjalanan. Setiap hentakan roda dan perpindahan moda transportasi dilakukan penuh kehati-hatian, sebab sedikit saja guncangan bisa berisiko bagi keselamatan satwa.

Mungky lebih dulu menjalani perjalanan pada Mei 2025. Ia berangkat dari Sintang, Kalimantan Barat, menempuh delapan jam jalur darat sebelum naik pesawat dari Pontianak menuju Balikpapan. Transit di Jakarta membuat perjalanannya semakin panjang. Malam hari, pukul 22.45 WITA, Mungky akhirnya tiba di PSO Arsari.

“Kegiatan ini mencerminkan sinergi antar lembaga dalam pelestarian satwa liar endemik Kalimantan. Kami berharap Mungky dapat menjalani kehidupan yang lebih baik dan aman di habitat barunya,” kata Kepala Balai KSDA Kalbar, Murlan Dameria Pane, dalam siaran pers, 5 September 2025.

Dua bulan kemudian, giliran Dodo diterbangkan dari Sukabumi, Jawa Barat. Ia sudah 17 tahun dirawat di PPS Cikananga setelah diselamatkan dari pemeliharaan ilegal di Bogor. Jalur darat Sukabumi–Soekarno Hatta ditempuh tengah malam, lalu pagi harinya pesawat kargo mengangkutnya ke Balikpapan. Dari sana, Dodo kembali melanjutkan perjalanan darat menuju Sepaku.

“Translokasi Dodo ini patut diapresiasi dan didukung banyak pihak sebagai upaya mengembalikan satwa endemik ke kampung halaman mereka,” ujar Andri Hansen Siregar, Kepala Bidang Teknis Balai Besar KSDA Jawa Barat.

Seluruh rangkaian perjalanan itu difasilitasi oleh KirimAja. Penyedia jasa logistik ini menyiapkan armada darat dan udara, lengkap dengan prosedur khusus pengiriman satwa dilindungi.

Direktur KirimAja, Hari Agung Saputra, menekankan bahwa kecepatan menjadi faktor penting dalam menjaga keselamatan orangutan selama perjalanan. Ia menilai bahwa hanya layanan udara yang mampu memberikan jaminan waktu tempuh tercepat.

“Kecepatan waktu tempuh layanan airfreight merupakan nilai terdepan bagi keselamatan satwa,” ujarnya.

Selain kecepatan, aspek keselamatan selama perjalanan juga mendapat perhatian besar. Tim KirimAja memastikan bahwa para pendamping satwa memiliki ruang gerak yang cukup untuk melakukan pengecekan langsung di dalam perjalanan.

“Kami juga memastikan dokter hewan dan keeper selalu punya akses untuk mengawasi kondisi orangutan,” kata Hari Agung Saputra.

PSO Arsari sendiri berdiri sejak 2019 sebagai rumah sementara bagi orangutan jantan dewasa yang tidak bisa dilepasliarkan. Pusat suaka ini dikelola oleh Yayasan Arsari Djojohadikusumo (YAD).

“Melalui kerja sama tripartit antara Balai KSDA Kaltim, Otorita IKN, dan YAD, PSO Arsari memiliki keinginan untuk memberikan kesejahteraan bagi orangutan jantan dewasa, khususnya yang tidak lagi dapat dilepasliarkan ke alam bebas,” ujar S. Indrawati Djojohadikusumo, Wakil Ketua YAD.

Kini, Mungky dan Dodo menjalani masa adaptasi di PSO Arsari sebelum dipindahkan ke Pulau Kelawasan yang masuk kawasan Ibu Kota Nusantara. Pulau ini merupakan kawasan suaka semi-liar yang disiapkan menjadi rumah baru dua orangutan ini.